Thursday, July 21, 2011

Tantangan Tahun Pertama Pernikahan

Jadi ceritanya sahabat gw abis merit tanggal 10 juli kemarin. Dia sahabat gw dari SMP, gw pernah cerita sekilas soal dia di sini. Namanya Satwika Pramesti Anindyawardhani. Overall gw ikut bahagia sama pernikahannya *meskipun diduluin :p* karna gw tau cerita-cerita cintanya dia dari sejak SMP. Akhirnya perjalanan cintanya berakhir sudah, hihihihi ;p

Wika, gw, intan :D

the couple

gw, hihihihi ;p

Nah udah ada seminggu pernikahan berlalu, gw nemu tulisan ini di note yang ditag-in ke dia di fb, dan gw tertarik karna sesuai dengan judul posting ini, note itu membahas mengenai tantangan tahun pertama pernikahan. Meskipun note itu berbicara atas dasar prinsip non Kristiani, tapi overall isinya bagus dan gw setuju dengan info yang diberikan. So... gw post disini deh dengan sedikit editing, siapa tau bisa buat pelajaran gw kelak dan para pembaca ;p


*************************************

Tantangan Tahun Pertama Pernikahan



Tahun-tahun pertama perkawinan adalah masa-masa penyesuaian pasangan dalam meleburkan kepentingan dua kepala dan individu menjadi satu kepentingan atas nama bersama. Di masa ini pasangan memiliki persepsi serba positif mengenai konsep pernikahan. Sikap positif thingking menjadi dasar setiap pasangan dalam mewujudkan kehidupan perkawinan yang ideal seperti yang mereka bayangkan.

Masa-masa pernikahan juga bisa menjadi masa-masa penuh cobaan karena penyesuaian awal ini butuh pengorbanan. Jika berhasil, pasangan akan memasuki tahap berikutnya dengan landasan yang lebih kokoh. Sebaliknya, jika gagal menyesuaikan diri dan menghabiskan banyak energi untuk memahami atau menuntut pasangan agar sesuai dengan harapan, maka perkawinan akan disibukan dengan hal-hal kecil. Kalau dibiarkan akan menjadi besar.

Bagaimana melewati cobaan yang lebih berat di tahun-tahun mendatang, jika pada masa awal saja pasangan tidak saling mendukung. Banyak sekali hal-hal yang dapat menjadi hambatan di tahun-tahun pertama perkawinan. Mulai dari pembagian tanggung jawab rumah tangga, alokasi keuangan, hingga ke masalah sosialisai dengan keluarga besar pasangan. Dengan mengenali sumber konflik dan tantangan pertama tahun perkawinan, disarankan agar pasangan bisa melakukan introspeksi diri dan segera kembali ke konsep awal pernikahan.

Tantangan itu hendaknya justru memperkuat kehidupan rumah tangga untuk memasuki tahap berikutnya yang tak kalah menantang dan bukannya menggoyahkan ikatan.


Tantangan-tantangan yang akan dihadapi adalah seperti:

====================================
Sukar melepaskan gaya hidup lajang ...
----------------------------------------​​-----
Banyak individu yang memasuki gerbang rumah tangga dengan pemahaman bahwa pasangannya akan memahami gaya hidupnya saat melajang. Sebaiknya saling terbuka membicarakan sejauh mana batas toleransi terhadap kebiasaan dan hobby masing-masing.


Ekspetasi berlebih ...
------------------------
Umumnya pasangan yang baru menikah membayangkan kehidupan yang serba indah dan pasangan bersikap serba sempurna dalam menjalani hidup berumah tangga. Seseorang terpaksa menahan kecewa, karena pasangannya yang dulu ia bayangkan saat masih pacaran ternyata berbeda dengan setelah menikah.

Jangan berharap terlalu tinggi terhadap pasangan, karena akan kecewa dan putus asa jika harapannya tak terpenuhi. Sebaiknya menerima kenyataan yang ada. Anggaplah kekurangan itu sebagai anugrah dan tantangan bagi kita untuk mengimbanginya dengan kelebihan kita.


Sukar menyatukan pendapat ...
-----------------------------------
Tak sedikit pasangan yang baru menikah menghabiskan waktu berduanya dengan berargumentasi membicarakan hal-hal yang tak terlalu penting. Saat baru menikah pasangan masih mempertahankan egonya masing-masing. Sebelum menikah mereka bertindak memutuskan sendiri. Namun setelah menikah semua keputusan diambil harus dengan kesepakatan bersama. Tidak ada salahnya bila masing-masing belajar berkompromi dan mengalah demi kesenangan yang lain.


Sulit beradaptasi ...
----------------------
Tingkat keluasan bersosialisasi seseorang berbeda-beda. Ada yang mudah masuk kelingkungan yang lebih besar tapi ada juga yang tidak. Bila seseorang sulit membaur dengan keluarga pasangannya, sebaiknya si suami/isteri memberi pengertian kepada pasangannya, bahwa keluarganya adalah keluarga pasangannya juga. Sebaiknya pasangan juga tidak terlalu menuntut adaptasi secepat kilat dari pihak yang lain. Bagaimanapun lingkungan baru yang besar membutuhkan perjuangan sendiri untuk bisa masuk ke dalamnya.


Uangku, uang kita ..
----------------------
Pasangan yang berkarir sebelum menikah mengalami banyak benturan mengenai keuangan bersama setelah memasuki gerbang rumah tangga. Keuangan rumah tangga modern yang makin fleksibel sebenarnya jauh memudahkan pasangan yang sama-sama berpenghasilan sendiri untuk berkompromi. Tinggal pilih, mau tabungan bersama atau pembagian pembiayaan rumah tangga berdasarkan pos-posnya.


Terusik masa lalu ...
-----------------------
Setelah menikah, sebaiknya masa lalu disimpan didalam hati saja. Bila bagian dari masa lalu kembali mengusik setelah kita berumah tangga, yang harus diingat adalah tanggung jawab terhadap komitmen pernikahan dengan pasangan. Biarlah masa lalu menjadi kenangan dan mulailah masa kini dengan harapan baru menuju masa depan yang bahagia....


So,... belajarlah dewasa menghadapi setiap masalah,
selalu berusaha mencari solusi dari tiap problematika hidup mulai dari sekarang, bukan dengan slalu mengeluh atau menyalahkan si A atau si B, cobalah belajar introspeksi diri, dan belajar mengurangi ego.

Mungkin saat ini saudara selalu mengeluh, "Dimana jodoh saya? Kapan saya akan menikah, lha pacar aja ga punya?" Seakan akan selalu saja menyalahkan keadaan dan bukan berusaha memperbaiki diri dan menunjukkan bahwa diri kita adalah sosok pribadi yang berkualitas dan akan mendapatkan pendamping hidup yang sepadan dengan kita.

Kita terlalu arogan memohon sosok pendamping hidup kita sosok yang baik dan beriman sedangkan tidak ada niatan atau bukti nyata kita mengarah ke pribadi yang baik dan beriman. ITU NAMANYA EGOIS dan tidak dewasa !

Padahal setelah menikah, justru itu awal dari ujian yang sesungguhnya yaitu belajar untuk dewasa. Lihatlah bapak ibu kita yang tanpa lelah dan tanpa meminta imbalan membesarkan kita, sampai sampai kaki dibuat kepala, kepala dibuat kaki agar anak anak nya tidak sudah seperti dirinya, mereka ingin anak anak nya kelak bahagia kehidupannya. Cobalah melajar dari kedua orang tua anda, mereka adalah bukti nyata bahwa pernikahan bukan sekadar pemuasan nafsu SEKS semata, namun lebih dari itu.

Introspeksilah diri mulai dari sekarang...
Sampai dimana level 'Kualitas' kita dihadapan Allah? agar Dia tak segan segan memberi kita jodoh yang terbaik dari sisiNYA.

Waktu masih berputar dan nafas masih berhembus, tak perlu menyalahkan masalalu karena itu bagian dari proses pendewasaan.

Proses perubahan itu tidak enak sobat, dan bahkan menyakitkan, namun jika proses perubahan itu menuju kebaikan maka anda sedang bermetaformosis. Dari ulat menjadi kepompong trus berubah menjadi kupu kupu cantik nan indah. (kayak lagunya siapa yak? heheheh)

Syarat awalnya adalah adanya kemauan dan diimbangi dengan pembuktian!!!

Bagaimana??
Masih akan selalu mellow, merengek rengek seperti anak kecil?
Add sana add sini dengan mencari peruntungan mendapatkan jodoh di dunia maya (walau sah sah saja sih, tapi apakah kalian mau membeli kucing dalam karung???)

Pilihan ada pada anda, anda yang memilih...!!!
Tunjukkan anda sosok yang berkualitas, jangan di obral minta add di FB, please.... dengan itu seolah anda menurunkan diri anda walau itu boleh boleh saja! Tapi, jika ada orang yang cerdas, tentu anda akan memilih teman yang banyak memberikan hikmah bukan yang COBA COBA BERHADIAH khan???

So,... keep in JOSH (JOmblo Sampai Halal)!!!

Semoga kalian semua dipertemukan dan dipersatukan dengan jodoh terbaik anda!
Jika anda mampu menjadi sosok yang baik, maka istri anda adalah sosok yang baik
Jika anda mampu menjadi sosok yang beriman, maka suami anda sosok kepala keluarga yang beriman.
Janji Allah itu pasti!!


Semoga bermanfaat ...

No comments:

Post a Comment